Sejarah Bahasa Indonesia, seperti yang kita kenal sekarang, bukanlah hasil ciptaan instan. Ia tumbuh dari sejarah panjang interaksi antarbangsa, perdagangan, kekuasaan, dan akhirnya—nasionalisme. Akar bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yang sejak abad ke-7 sudah digunakan sebagai lingua franca di kepulauan Nusantara, terutama untuk kegiatan perdagangan antar suku dan bangsa asing.
Penggunaan bahasa Melayu meluas sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Bukti sejarah menunjukkan bahwa prasasti-prasasti dari masa itu, seperti Prasasti Kedukan Bukit (683 M), ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa. Bahasa Melayu terus berkembang selama berabad-abad, mengalami pengaruh dari bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, hingga Inggris.
Namun, momentum besar bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa nasional muncul pada tahun 1928, saat para pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia mengikrarkan Sumpah Pemuda. Di sinilah, untuk pertama kalinya, Sejarah Bahasa Indonesia diproklamirkan sebagai bahasa persatuan. Ini bukan sekadar pilihan pragmatis, tapi keputusan strategis. Bahasa Melayu sudah familiar, relatif netral dibanding bahasa daerah lain, dan mudah dipelajari.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945, Sejarah Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa negara dalam UUD 1945 Pasal 36. Dari sinilah bahasa Indonesia memasuki era pembakuan dan pengembangan sebagai bahasa modern dan fungsional.
Bahasa Indo nesia sebagai Simbol Persatuan Bangsa
Bahasa Indonesia tidak hanya alat komunikasi, tetapi simbol identitas nasional. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, ia terdiri dari ribuan pulau, ratusan kelompok etnis, dan ratusan bahasa daerah. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyatukan bangsa yang begitu beragam. Di sinilah peran strategis bahasa Indonesia.
Sejarah Bahasa Indonesia berperan sebagai bahasa pengantar pendidikan, administrasi, media massa, dan kegiatan resmi kenegaraan. Dengan menggunakan satu bahasa nasional, bangsa Indonesia mampu menciptakan kesamaan pandangan dan pemahaman, dari Sabang sampai Merauke.
Tidak bisa dipungkiri, peran bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa terbukti sangat efektif. Ini berbeda dengan negara lain yang kadang mengalami konflik bahasa akibat penggunaan bahasa lokal sebagai bahasa utama negara.
Bahasa Indonesia juga merepresentasikan kebanggaan nasional. Setiap Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, kita diingatkan bahwa bahasa ini adalah hasil perjuangan bersama. Bukan sekadar alat, melainkan simbol kultural dan politik dari sebuah bangsa yang berdiri atas dasar kesatuan.
Seja rah Ejaan Indonesia dari Zaman Lama hingga Sekarang
Perjalanan ejaan bahasa Indonesia menunjukkan dinamika dan upaya pembakuan bahasa yang terus menerus.
-
Ejaan van Ophuijsen (1901)
Ini adalah ejaan Melayu pertama yang disusun secara sistematis oleh C. A. van Ophuijsen, seorang ahli bahasa Belanda. Contohnya: “oe” untuk “u”, “tj” untuk “c”, “dj” untuk “j”. -
Ejaan Republik (1947)
Disebut juga Ejaan Soewandi. Salah satu perubahan penting adalah mengganti “oe” menjadi “u”, misalnya: goeroe menjadi guru. -
Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972)
Ini adalah penyempurnaan besar dan menjadi fondasi penggunaan Sejarah Bahasa Indonesia modern. Perubahan seperti “dj” menjadi “j”, “tj” menjadi “c”, dan penghapusan huruf mati yang tidak perlu dilakukan. -
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI, 2015)
Ini adalah versi terbaru dari EYD. Penyempurnaan tidak hanya dari sisi ejaan, tapi juga penulisan huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata serapan.
Perubahan ejaan ini bukan hanya soal teknis. Ia mencerminkan semangat zaman dan kebutuhan masyarakat untuk memiliki sistem bahasa yang efisien dan seragam.
Pertanyaan-Pertanyaan Umum tentang Bahasa Indonesia
Apakah bahasa Indonesia itu asli dari Indonesia?
Secara linguistik, bahasa Indonesia adalah bentuk baku dari bahasa Melayu. Namun secara politik dan budaya, bahasa Indonesia adalah milik bangsa Indonesia, karena dikembangkan dan dibakukan oleh Indonesia seperti dalam KBBI.
Mengapa tidak menggunakan bahasa daerah seperti Jawa atau Sunda sebagai bahasa nasional?
Karena bahasa Melayu saat itu paling netral, sudah digunakan secara luas, dan tidak terkait dengan kelompok etnis dominan tertentu. Ini membuatnya lebih bisa diterima oleh semua daerah.
Apakah Sejarah Bahasa Indonesia masih berkembang?
Sangat berkembang. Bahasa Indonesia terus menyerap kosakata baru, terutama dari bahasa Inggris, teknologi, dan budaya populer. Proses pembaruan istilah juga dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Pertanyaan tentang Sejarah Perkembangan Bahasa dan Jawabannya
Siapa yang pertama kali mengusulkan nama “bahasa Indonesia”?
Tidak ada satu nama spesifik, tetapi dalam Kongres Pemuda II tahun 1928, istilah ini digunakan secara resmi untuk menggantikan bahasa Melayu dalam konteks nasional.
Apa kontribusi tokoh-tokoh pergerakan nasional terhadap Sejarah Bahasa Indonesia?
Tokoh seperti Ki Hadjar Dewantara dan Mohammad Yamin aktif mendorong pembakuan bahasa sebagai alat pendidikan dan nasionalisme.
Apakah bahasa Indonesia memengaruhi bahasa daerah?
Ya, dan sebaliknya. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa daerah, terutama dalam percakapan informal. Ini menciptakan kekayaan bahasa dan variasi lokal seperti bahasa Jaksel atau logat khas Medan.
Kenapa bahasa Indonesia penting untuk pendidikan?
Bahasa adalah medium utama dalam transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan formal tidak akan berjalan tanpa bahasa pengantar yang bisa dipahami luas. Karena itu, bahasa Indonesia jadi bahasa utama pendidikan.
Bahasa Indonesia dalam Konteks Politik, Sosial, dan Budaya
Bahasa Indonesia selalu berada dalam jantung dinamika politik, sosial, dan budaya Indonesia. Dalam dunia politik, bahasa Indonesia digunakan dalam pidato, debat, hingga perundang-undangan. Bahasa ini menyatukan suara-suara berbeda dari Sabang sampai Merauke dalam satu ruang wacana nasional.
Secara sosial, Sejarah Bahasa Indonesia berperan menghubungkan antargolongan. Meski di rumah orang memakai bahasa daerah, tapi di sekolah, kantor, atau media, bahasa Indonesia tetap menjadi pengantar utama. Ini memperkuat inklusivitas.
Secara budaya, bahasa Indonesia adalah kendaraan utama ekspresi seni dan literasi. Lagu, puisi, novel, film—semua menggunakan bahasa ini untuk mengekspresikan ide dan emosi. Bahkan dalam budaya digital seperti YouTube atau TikTok, bahasa Indonesia versi gaul, santai, dan kreatif berkembang sangat pesat.
Tantangan ke depan adalah menjaga agar bahasa Indonesia tetap relevan, tidak kalah oleh dominasi bahasa asing, tapi juga tidak kaku dalam merespons perubahan zaman.
Kesimpulan: Bahasa Indonesia sebagai Identitas dan Alat Pemersatu Nasional
Sejarah Bahasa Indonesia bukan cuma alat komunikasi, tapi simbol perjuangan dan identitas nasional. Dari akar sejarahnya yang panjang, dari pilihan strategis para pendiri bangsa, hingga penggunaannya dalam setiap aspek kehidupan, bahasa ini adalah jembatan penghubung yang menjaga Indonesia tetap utuh.
Di tengah globalisasi dan tekanan budaya luar, mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama adalah bentuk nasionalisme modern. Kita tidak perlu alergi pada bahasa asing, tapi tetap harus bangga dan fasih dalam bahasa sendiri.
Karena pada akhirnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal dan mencintai bahasanya.
Harus tahu juga sejarah bangsa sebelum tahu sejarah bahasanya, cek juga: Sejarah Indonesia: Perjuangan, Perubahan, Jalan, dan Harapan