Jakarta, studyinca.ac.id – Dulu, aku pikir liburan adalah pelarian. Kini, aku sadar bahwa liburan bisa jadi ladang. Itu kutemukan ketika ngobrol dengan Kak Arif—tetangga komplek yang awalnya hanya suka keliling Nusantara, lalu tiba-tiba punya kantor kecil bernama “Arjuna Travel.” Kliennya? Dari calon pengantin yang mau honeymoon ke Lombok sampai rombongan ibu-ibu arisan yang pengen healing ke Turki.
Apa yang membuat Kak Arif sukses? Jawabannya sederhana: dia membangun bisnis travel agent berbasis kepercayaan, informasi lokal, dan pemanfaatan teknologi.
Nah, di sinilah kita mulai bicara soal peluang. Di tengah gaya hidup urban yang makin mendewakan “escapism”, kehadiran travel agent bukan sekadar jembatan, tapi peta harta karun.
Bisnis travel agent bukan hanya menjual tiket atau paket. Ini tentang merancang pengalaman. Dan percaya atau tidak, bisnis ini bisa dimulai tanpa harus keliling dunia dulu.
Apa Itu Travel Agent dan Mengapa Masih Relevan di Era Tiket Online?

Mungkin kamu berpikir, “Bukannya orang sekarang tinggal buka aplikasi untuk pesan tiket dan hotel?” Betul. Tapi coba pikirkan ini: semakin banyak pilihan, semakin besar peluang orang tersesat. Nah, travel agent berfungsi sebagai kurator—memilihkan, menyederhanakan, dan memastikan pengalaman klien berjalan mulus.
Travel agent adalah pihak yang menjual produk-produk perjalanan seperti tiket pesawat, reservasi hotel, sewa mobil, hingga paket wisata dalam maupun luar negeri. Tapi nilai jual sebenarnya adalah pengalaman dan efisiensi.
Dalam praktiknya, travel agent modern juga sering menjadi konsultan perjalanan pribadi. Mereka membantu wisatawan menemukan tempat makan halal di Jepang, mengurus visa Korea Selatan, sampai membuat itinerary sesuai budget.
Di sinilah perbedaan travel agent dan OTA (Online Travel Agent) seperti Traveloka atau Tiket.com: interaksi manusia dan layanan personal.
Apalagi, bisnis ini fleksibel: bisa skala rumahan atau profesional, tergantung modal dan niat.
Langkah Awal Memulai Bisnis Travel Agent dari Nol
Buat kamu yang baru lulus kuliah atau karyawan kantoran yang pengen side hustle, bisnis ini patut dilirik. Berikut adalah tahapan realistis memulainya:
1. Pahami Segmen Pasar
Apakah kamu ingin fokus pada wisata lokal, religi (umrah/haji), korporat, atau honeymoon? Semakin spesifik, semakin kuat branding-mu.
2. Tentukan Model Bisnis
Kamu bisa memilih menjadi:
-
Reseller Travel Agent: kerja sama dengan travel besar.
-
Travel Planner Independen: custom trip.
-
Buka Biro Wisata Mandiri: lengkap dengan izin.
3. Urus Legalitas
Minimal buat CV/PT dan urus izin usaha pariwisata. Sertifikasi dari Kemenparekraf juga makin menaikkan kepercayaan publik.
4. Bermitra dengan Supplier
Bangun relasi dengan maskapai, hotel, operator tur lokal, dan rental kendaraan.
5. Bangun Branding Digital
Instagram, TikTok, dan website jadi etalase utama. Sertakan testimoni, foto perjalanan, dan konten edukasi seperti tips visa.
6. Gunakan Platform Travel
Kamu bisa gabung dalam jaringan seperti Biro Perjalanan Resmi Asita, atau sistem white label.
Jangan takut mulai dari kecil. Bahkan beberapa travel agent sukses hanya bermodalkan meja, laptop, dan koneksi WhatsApp.
Tantangan dan Strategi Bertahan di Dunia Travel Agent
Bisnis travel bukan tanpa risiko. Pandemi kemarin jadi pelajaran pahit. Banyak biro yang tutup karena pembatalan masif dan kerugian operasional. Tapi yang bertahan adalah mereka yang adaptif.
Berikut tantangan utama:
-
Persaingan dengan OTA besar
-
Fluktuasi harga tiket dan kebijakan negara
-
Ketergantungan pada musim liburan
Strategi jitu untuk bertahan:
-
Spesialisasi Pasar: fokus pada niche seperti backpacker muslim, luxury travel, atau adventure trip.
-
Build Trust: gunakan testimoni, ulasan jujur, dan layanan after-sales seperti bantuan darurat.
-
Kolaborasi Lokal: kerja sama dengan UMKM kuliner, penginapan lokal, atau pemandu komunitas untuk nilai tambah.
-
Diversifikasi: jual produk lain seperti travel insurance, sewa kamera, atau kelas fotografi wisata.
Satu contoh nyata datang dari komunitas “Ranselers”—travel agent berbasis komunitas Instagram yang kini punya lebih dari 15.000 pelanggan loyal.
Peran Mahasiswa dan Generasi Z dalam Revolusi Travel Agent
Sekarang, mari kita bicara soal kamu—ya, mahasiswa atau fresh graduate yang doyan ngonten, suka ngetrip, dan punya skill digital. Dunia travel agent sedang menanti kamu, bukan cuma sebagai konsumen, tapi pelaku revolusi.
Kenapa?
Karena kamu paham algoritma TikTok, ngerti storytelling di Instagram, dan bisa ngedit video reels 15 detik yang bikin orang pengen ke Labuan Bajo.
Bayangkan jika kamu jadi travel planner yang juga influencer kecil-kecilan. Satu video itinerary Bali dengan suara Google Translate bisa jadi viral. Dan dari situ, klien berdatangan.
Jadi, kuliah pariwisata atau komunikasi bukan cuma teori. Bisnis travel agent bisa jadi lahan praktek real-time: dari riset tren, menyusun paket, bernegosiasi dengan vendor, hingga memimpin tur langsung.
Kamu bisa mulai dari nol dengan konsep micro-travel: paket healing ke Cianjur, open trip ke Karimunjawa, atau staycation tematik.
Penutup: Waktunya Kamu yang Pegang Peta
Menjadi travel agent bukan soal menjual tiket, tapi mengantar orang menemukan versi terbaik dari dirinya di tempat asing.
Bisnis ini bukan monopoli orang kaya atau biro besar. Ia bisa lahir dari kosan sempit, dari laptop bekas, asal niatmu luas.
Ingat, setiap liburan yang kamu bantu rancang akan menjadi memori orang lain yang abadi.
Jadi, kenapa tidak mulai dari sekarang?
Ambil peta. Pegang kompas. Dan bangunlah bisnis travel agent-mu sendiri.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan
Baca Juga Artikel dari: Healing: Cara Asik Rawat Diri di Tengah Rutinitas
Kunjungi Website Resmi: Inca Travel

