Writing Cohesion

Writing Cohesion: Kunci Mahasiswa dalam Menulis Akademik

Jakarta, studyinca.ac.id – Bagi mahasiswa, menulis akademik adalah makanan sehari-hari. Dari esai, laporan praktikum, hingga skripsi, semuanya menuntut kemampuan menyusun kalimat yang jelas dan terstruktur. Tapi ada satu hal yang sering terlewat: writing cohesion.

Writing cohesion bukan sekadar soal tata bahasa benar atau paragraf panjang yang rapi. Ia adalah seni menghubungkan kalimat dan ide agar pembaca merasa nyaman, tidak terputus, dan bisa mengikuti alur pikiran penulis.

Pernahkah kamu membaca sebuah esai yang terasa kaku? Kalimatnya berdiri sendiri, tidak ada transisi, hingga kamu harus bolak-balik membaca untuk memahami maksudnya. Itu tandanya tulisan tersebut miskin cohesion. Sebaliknya, tulisan dengan cohesion yang baik membuat pembaca merasa “tergiring” dengan mulus dari satu ide ke ide berikutnya.

Di dunia akademik, writing cohesion adalah indikator profesionalitas. Tulisan yang kohesif menunjukkan bahwa penulis tidak hanya paham isi materi, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan cara yang efektif dan enak dibaca.

Apa Itu Writing Cohesion dalam Konteks Akademik?

Writing Cohesion

Secara sederhana, writing cohesion adalah hubungan antar-kalimat atau antar-paragraf dalam sebuah teks. Ia bekerja seperti lem yang merekatkan ide-ide agar membentuk struktur yang utuh.

Cohesion biasanya dicapai melalui tiga elemen utama:

  1. Kata Penghubung (Conjunctions)
    Contohnya: dan, tetapi, karena, meskipun, sehingga, oleh karena itu. Kata-kata ini menjaga alur logika tetap konsisten.

  2. Referensi (Reference)
    Menggunakan kata ganti atau pengulangan strategis untuk menunjuk ide yang sudah disebutkan sebelumnya. Misalnya, Mahasiswa memerlukan writing cohesion. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas tulisan.

  3. Substitusi dan Elipsis
    Menggantikan kata yang sama agar tulisan tidak monoton. Misalnya:

    • Buku itu sangat berguna. Buku tersebut membantu saya menulis esai. → bisa dipersingkat dengan elipsis menjadi: Buku itu sangat berguna dan membantu saya menulis esai.

Tanpa cohesion, tulisan akan terasa seperti kumpulan potongan kalimat, bukan sebuah narasi yang menyatu.

Contoh Writing Cohesion dalam Tulisan Mahasiswa

Mari kita lihat contoh sederhana.

Tanpa Cohesion

“Mahasiswa sering menunda tugas. Mereka lebih memilih bersantai. Tugas menumpuk. Dosen kecewa. Nilai menurun.”

Kalimat ini benar, tapi terasa kaku dan terpotong-potong.

Dengan Cohesion

“Mahasiswa sering menunda tugas karena lebih memilih bersantai. Akibatnya, tugas menumpuk dan dosen kecewa, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan nilai.”

Apa bedanya? Kalimat kedua lebih mengalir, jelas, dan memiliki hubungan logis antar-ide. Itulah kekuatan cohesion.

Teknik Membangun Writing Cohesion

Untuk mahasiswa yang ingin meningkatkan kualitas esai atau skripsi, ada beberapa teknik praktis:

1. Gunakan Transisi yang Tepat

Transisi adalah jembatan antar-ide. Beberapa contoh transisi umum:

  • Penambahan: selain itu, lebih lanjut, di samping itu

  • Pertentangan: namun, meskipun demikian, di sisi lain

  • Sebab-Akibat: karena itu, akibatnya, sehingga

  • Kesimpulan: pada akhirnya, dengan demikian, singkatnya

2. Hindari Repetisi yang Membosankan

Alih-alih mengulang kata yang sama, gunakan sinonim atau pronomina. Misalnya: mahasiswa → mereka → peserta didik → generasi kampus.

3. Buat Struktur Paragraf yang Jelas

Satu paragraf = satu ide utama. Mulailah dengan kalimat topik, kembangkan dengan detail, lalu tutup dengan transisi ke ide berikutnya.

4. Gunakan Parallelism

Parallelism adalah teknik menyusun kalimat dengan struktur yang seragam. Contoh:
“Mahasiswa harus membaca, menulis, dan berdiskusi.”
Kalimat itu terasa rapi karena pola katanya paralel.

5. Hubungkan Antar-Paragraf

Banyak mahasiswa membuat kesalahan dengan menulis paragraf seperti dunia terpisah. Padahal, paragraf harus saling berhubungan. Misalnya:
“Setelah membahas pentingnya cohesion, bagian berikutnya akan menjelaskan strategi penerapannya dalam tulisan akademik.”

Tantangan Writing Cohesion di Kalangan Mahasiswa

Tidak semua mahasiswa mudah memahami cohesion. Ada beberapa tantangan nyata di lapangan:

  1. Pengaruh Bahasa Asing
    Mahasiswa yang menulis dalam bahasa Inggris sering menerjemahkan secara mentah dari bahasa Indonesia. Hasilnya, kalimat terasa kaku dan tidak mengalir.

  2. Kebiasaan Menulis Singkat
    Era media sosial membuat mahasiswa terbiasa menulis singkat dan padat, tetapi kurang memperhatikan hubungan antar-ide.

  3. Kurang Pemahaman tentang Academic Writing
    Banyak yang mengira academic writing hanya soal isi yang padat, padahal cara penyampaiannya sama pentingnya.

  4. Tergesa-gesa dalam Menyelesaikan Tugas
    Mahasiswa sering menulis dengan target “yang penting selesai,” bukan “yang penting rapi.” Cohesion pun terabaikan.

Writing Cohesion sebagai Investasi Masa Depan Akademik

Menguasai writing cohesion bukan hanya untuk mendapatkan nilai baik. Ia adalah investasi jangka panjang bagi mahasiswa.

  • Dalam Skripsi atau Tesis: Tulisan yang kohesif menunjukkan kemampuan berpikir logis dan sistematis.

  • Dalam Publikasi Ilmiah: Artikel yang kohesif lebih mudah diterima jurnal karena jelas dan profesional.

  • Dalam Dunia Kerja: Laporan bisnis, proposal proyek, hingga email profesional akan lebih dihargai jika disusun dengan cohesion yang baik.

Bayangkan kamu bekerja di perusahaan multinasional. Bos memintamu membuat laporan proyek. Laporan tanpa cohesion akan membuat bos bingung dan ragu dengan profesionalitasmu. Sebaliknya, laporan yang jelas, mengalir, dan rapi bisa membuatmu dipercaya untuk proyek yang lebih besar.

Kesimpulan: Writing Cohesion Adalah Seni Merangkai Ide

Writing cohesion bukan sekadar aturan tata bahasa. Ia adalah seni menyambungkan ide agar tulisan lebih hidup, jelas, dan menyenangkan untuk dibaca.

Bagi mahasiswa, cohesion adalah keterampilan wajib. Ia bukan hanya memengaruhi nilai tugas atau skripsi, tapi juga membentuk reputasi intelektual dan profesional.

Jadi, mulai sekarang, setiap kali menulis, jangan hanya fokus pada isi. Perhatikan pula bagaimana cara ide-ide itu dirangkai. Karena tulisan yang kohesif bukan hanya dibaca, tapi juga dipahami, diingat, dan diapresiasi.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan

Baca Juga Artikel Dari: Tesis Artistik: Inspirasi Kreatif Mahasiswa Mengubah Dunia Seni

Author

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *