Passive Voice

Passive Voice: Cara Seru Hindari Kesalahan Writing

JAKARTA, studyinca.ac.id – Pernah nggak sih kamu lagi nulis, entah itu tugas sekolah, skripsi, atau email formal, tiba-tiba stuck gara-gara ngalamin yang namanya passive voice? Tenang, aku juga sering banget kok ngalamin itu. Awal belajar grammar, yang aktif, pasif, ribet banget deh rasanya! Sering juga aku nulis kalimat pasif tanpa sadar, lalu bingung sendiri: ini bener nggak sih? Efeknya ya, tulisan jadi kurang jelas, bahkan kadang dinilai kurang bagus sama guru atau dosen. Jadi, kali ini aku mau sharing pengalaman, kesalahan receh, sampai insight penting soal passive voice biar nggak jadi momok lagi buat kamu.

Apa Sih Passive Voice & Kenapa Sering Bikin Salah?

Passive Voice

Sederhananya, passive voice itu kalimat di mana subjeknya “diperlakukan” atau “menerima aksi”, bukan yang ngelakuin aksi. Nah, masalahnya, kadang passive voice ini ‘nyerempet-nyerempet’ sama gaya nulis formal. Banyak banget yang masih bingung kapan harus pake, kapan nggak.

Dari pengalaman aku, waktu awal-awal nulis artikel bahasa Inggris, aku mikir passive voice itu makin sering dipake makin keren. Eh ternyata salah banget! Ternyata, tulisan malah jadi bertele-tele dan pembaca cepat lelah. Nih, sekilas contohnya:

  • Active Voice: The teacher explains the lesson.
  • Passive Voice: The lesson is explained by the teacher.

Lihat kan? Mana yang lebih simple dan enak di baca?

Kesalahan Fatal yang Sering Dilakuin Sama Passive Voice

Btw, dulu aku pernah banget bikin laporan magang full passive voice. Baca ulang, asli, kayak robot! Temenku juga ketawa: “Bacanya kok kayak buku manual komputer, bos.” Nah, berikut beberapa kesalahan yang sering banget kejadian terkait passive voice:

  1. Pake Kalimat Pasif di Semua Tempat
    Nulis laporan full passive? Jangan! Kecuali emang formatnya minta, lebih baik pakai aktif buat bagian penjelasan atau argumentasi.
  2. Nggak Konsisten
    Kadang di satu paragraf campur antara aktif dan pasif tanpa aturan. Ini bikin pembaca bingung, dan nilai tulisan turun.
  3. Subjek Jadi Nggak Penting
    Pasif sering banget bikin pelaku aksi kayak ‘ngilang’. Padahal kadang itu penting buat konteks.

Pernah kok aku nulis kayak gini: “The event was attended.” Lha, siapa yang hadir? Guru, siswa, warga, alien? Haha, kurang jelas gitu.

Kapan sih Sebenernya Pakai PassiveVoice?

Jadi, passive voice itu bukan haram banget. Ada kok situasi di mana harus, atau malah lebih bagus pake passive voice, misal:

  • Subjeknya nggak penting atau nggak diketahui. Contoh: “A new smartphone was launched yesterday.” (Yang penting smartphonenya, bukan siapa yang ngeluarin.)
  • Mau sounding lebih formal dan netral. Contohnya dipakai di paper scientific atau berita.
  • Kamu sengaja “menyembunyikan” pelaku aksi.

Tapi inget, dominasi aktif tetap bikin tulisan lebih engaging, terutama buat artikel, blog, atau copywriting. Dari pengetahuan dosenku pas seminar, dosen juga sering bilang, “Nulis itu buat manusia, bukan buat mesin.” Jadi, jangan terjebak pasif terus, ya!

Tips Biar Anteng Pakai Passive Voice Tanpa Bikin Tulisan Jadi Ngebosenin

Aku mau bocorin beberapa trik dan tips yang ngebantu aku biar nggak kebablasan pake passive voice:

1. Selalu Tanyakan: Penting Nggak Si Pelaku Aksi?

Sebelum nulis, balik ke niat awal: yang lebih penting itu aksi atau siapa yang ngelakuin? Kalau penting siapa pelakunya, ya jangan pasif.

2. Baca Ulang Keras-keras

Ini kerap aku lakuin. Kalau denger kalimatmu kaku pas diucapkan, biasanya terlalu banyak pasif. Coba lakukan di tulisanmu!

3. Gunakan Tools Kaya Grammarly/Yoast SEO

Yoast SEO bahkan ada fitur khusus buat ngasih tau berapa persen “kalimat pasif” di artikelmu. Ideal sih katanya maksimal 10%. Lebih dari itu, warning deh. Kalau kamu juga blogger kayak aku, wajib banget dicoba!

4. Gabungin Aktif & Pasif

Tulisan bakal terasa natural kalau pinter-pinter mix. Misal paragraf pembukaan pakai aktif, terus pas mau highlight hasil penelitian bisa pasif, dan kasih insight biar nggak statis. Aku selalu ingat kata guru: “Jangan terlalu textbook, kasih napas di tulisanmu!”

Belajar dari Pengalaman: “Dih, Kok Malah Gitu Hasilnya?”

Dulu waktu kerja di startup, aku sering review tulisan temen dan nemuin passive voice parah. Hasilnya? Informasinya kurang mengena, nggak jelas, bahkan SEO-nya jeblok. Dari situ aku sadar: semua pengetahuan soal teori grammar dan writing bakal pointless kalau nggak peka sama kebutuhan pembaca.

Kamu juga harus ngerti siapa pembacamu. Kalau targetnya anak muda atau market casual, pakai bahasa aktif lebih nge-blend. Tapi kalau bikin jurnal ilmiah di kampus, masukin beberapa passive voice pun perlu, asal jangan didominasi. Percayalah, dosen lebih suka tulisan yang balance, bukan yang full pasif atau full aktif.

Passive Voice & SEO: Beneran Penting Buat Google?

Ternyata, passive voice memang jadi salah satu faktor minor buat readability menurut plugin kayak Yoast SEO. Data dari Yoast bilang, artikel yang kalimat pasifnya di atas 10% biasanya dapat nilai readability merah. Aku pun sering ngerasain, ketika tulisan terlalu banyak pasif, bounce rate malah tinggi. Jadi, bukan cuma soal grammar, ini juga ngaruh ke SEO dan kenyamanan pembaca.

Sekarang, tiap nulis aku suka pakai fitur highlight passive voice di editor. Tinggal ditandain, lalu aku ubah beberapa ke aktif biar lebih nyambung dan asik dibaca. Hasilnya, engagement naik. Google juga, katanya sih, lebih suka artikel yang mudah dipahami—makin relate makin tinggi chance-nya buat ranking.

Rangkuman: Pelajaran Penting Biar Nggak Tersandung PassiveVoice

  1. Pakai passive voice hanya di saat benar-benar butuh.
  2. Mix antara aktif dan pasif biar tulisanmu natural.
  3. Jangan malu cek ulang, baca keras-keras, atau minta feedback.
  4. Gunakan plugin/tool buat bantu highlighting passive.
  5. Pahami audience-mu. Kadang gaya santai dan aktif jauh lebih kena.

Percayalah, aku juga masih sering salah. Tapi sekarang udah jauh lebih pede karena sering latihan, minta review temen, dan selalu update soal writing tip kekinian. Pengetahuan soal grammar itu penting, tapi prakteknya lebih penting lagi. Kamu pasti bisa lebih jago kalau sering mencoba dan nggak takut salah!

Gimana, kamu ada pengalaman lucu atau pahit soal passive voice juga? Share di kolom komentar dong, biar belajar bareng makin seru! Ingat, nulis buat dibaca, bukan sekedar formalitas. Semoga tips dan pengalaman aku ini ngebantu banget buat kamu progres nulis maupun ngejar skor Yoast SEO!

Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Pengetahuan

Baca juga artikel lainnya: Partisipasi Publik: Kunci Perubahan Lewat Aksi Nyata

Author

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *