Teks Fiksi dan Nonfiksi

Teks Fiksi dan Nonfiksi: Cara Bedain & Tips Jago Nulis!

JAKARTA, studyinca.ac.id – Hai, temen-temen! Kali ini aku mau bahas topik yang sering banget jadi bahan diskusi di kelas, grup WhatsApp penulis, sampai tongkrongan: Teks Fiksi dan Nonfiksi. Dulu aku juga lumayan sering kebalik-balik, apalagi waktu baru mulai nulis. Sampe pernah loh, bikin naskah yang katanya nonfiksi tapi dikira fiksi gara-gara aku narasinya terlalu ‘menghayal’, wkwk.

Kenalan Lebih Dalam Sama Teks Fiksi dan Teks Nonfiksi

Teks Fiksi dan Nonfiksi

Aku yakin kalian udah nggak asing dong sama istilah ini? Teks fiksi itu ceritanya diangkat dari imajinasi si penulis. Jadi, nggak harus bener-bener kejadian nyata. Contohnya ya novel, cerpen, sampe fanfiction favorit kalian di internet itu termasuk fiksi.

Sedangkan teks nonfiksi adalah tulisan berdasarkan fakta, data realita, atau pengalaman nyata. Misal, artikel kayak gini (uhuk!), berita, sampai buku biografi tokoh. Pengetahuan tentang perbedaan dua kategori ini menurutku wajib sih, apalagi buat yang mau ngembangin skill menulis dan baca-baca dengan lebih kritis.

Pengalaman Lucu Salah Kaprah Antara Teks Fiksi dan Nonfiksi

Jujur aja, pengalaman pertama nulis artikel aku dulu tuh kaya ‘kebablasan’. Ada satu tugas sekolah tentang wisata alam. Aku malah nulis kayak dongeng, diselipin dialog sama monolog yang lebay. Hasilnya? Dapat komentar dari guru: ‘Ini beneran pengalaman nyata atau kamu karang?’ Rasanya malu banget! Sejak itu, aku pelajarin lagi konsep fiksi vs nonfiksi dari berbagai sumber, bahkan ikut workshop menulis supaya nggak salah jalur.

Cara Gampang Bedain Teks Fiksi dan Nonfiksi

1. Lihat dari Ide Cerita

Kalo teks fiksi, penulis leluasa banget ngedongengin apa saja. Naruto belajar jutsu baru? Bisa. Hewan ngomong? Sah-sah aja. Sementara di nonfiksi, penulis wajib ngasih fakta, data nyata, dan pengetahuan beneran.

2. Bahasa yang Dipakai

Bahasa fiksi biasanya lebih bebas, banyak majas, dan imajinatif. Coba bandingin sama artikel berita atau essay ilmiah. Nonfiksi lebih tegas, jujur, dan ‘to the point’. Kalo sudah familiar sama gaya tulisannya, lama-lama insting bakalan ngebedain sendiri, percaya deh!

3. Cek Tujuan Penulisannya

Menurutku, teks fiksi tujuannya jelas: menghibur, menyentuh emosi, bahkan bikin pembaca masuk ke dunia yang baru. Kalo nonfiksi lebih ke membagikan pengetahuan, fakta, atau informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Contoh Perbandingan Simpel:

  • Fiksi: “Pada suatu pagi di hutan, seekor burung bisa berbicara dengan anak kecil.” (jelas imajinasi)
  • Nonfiksi: “Burung bernyanyi di pagi hari sebagai cara untuk menarik pasangan.” (berisi fakta penelitian)

Kesalahan Umum Saat Menulis Fiksi dan Nonfiksi

Nggak cuma aku, banyak juga yang suka overlap di antara dua jenis teks ini. Nih beberapa contoh:

  • Pakai data palsu di nonfiksi. Udah jelas salah, karena audiens pasti pengen fakta asli. Pernah nemu artikel travel yang katanya “pantai eksotis” padahal isinya settingan doang. Hadeh, malesin kan?
  • Ga masuk logika di fiksi tertentu. Memang fiksi itu bebas, tapi tetep harus konsisten sama ‘dunia’ buatan sendiri. Aku pernah nulis cerita horor, eh, tiba-tiba tokohnya sembuh dari penyakit parah tanpa penjelasan apapun. Malah dikomentarin: “Kok ajaib banget sih, sakit berat trus tiba-tiba fit lagi?”
  • Kurang riset tema. Nulis nonfiksi minimal harus baca banyak referensi. Akhirnya sekarang aku rajin ngumpulin data, biar tulisan makin berbobot. Pengetahuan yang luas jelas bantu kepercayaan pembaca.

Tips Biar Jago Nulis Fiksi & Nonfiksi ala Aku

1. Rajin Baca Beragam Teks

Mau tau nggak, riset kecil-kecilan aku, dari 10 teman sesama penulis, 8 di antaranya rutin baca novel dan jurnal/artikel. Jadi, inspirasi dan pengetahuan nggak bakal mentok. Baca novel buat referensi gaya cerita fiksi, baca artikel biar tau gaya bahasa nonfiksi.

2. Latihan Nulis Setiap Minggu

Kayak olahraga, skill nulis juga harus dipraktekin terus. Misal, minggu pertama coba buat cerpen, minggu selanjutnya nulis pengalaman pribadi atau review barang. Jangan takut salah, proses itu penting banget. Kalau ada yang kritik, ambil buat evaluasi aja.

3. Gabung Komunitas Menulis

Gengsi dikit gapapa, yang penting dapet insight baru! Aku join forum online dan workshop menulis. Selain nambah pengalaman, aku juga dapat tips ampuh soal membedakan fiksi-nonfiksi dari yang senior. Kadang malah dapet peluang lomba nulis atau collab project seru!

4. Edit Berkali-kali

Waktu awal, mindset aku: “Nulis ya sekali jadi, biar cepet.” Eh, ternyata banyak typo, logika berantakan, dan fakta kurang akurat. Makanya sekarang nggak bosen buat revisi minimal 2-3 kali tiap nulis. Hasilnya lebih rapi, pembaca pun seneng.

Pentingnya Memahami Perbedaan Ini Buat Pembaca & Penulis

Kalo buat pembaca, ngerti bedanya fiksi dan nonfiksi itu ibarat tahu apa yang mau dikonsumsi otak. Kamu bisa menyesuaikan mood baca: lagi butuh hiburan atau cari pengetahuan baru?

Untuk penulis, pemilihan genre dan gaya nulis bakal ngefek ke respon audiens. Nulis fiksi harus bisa ‘menghipnotis’, sedangkan di nonfiksi, harus jelas dan jujur. Aku pribadi lebih enjoy bikin fiksi buat lepas stress, tapi di saat lain suka tantangan nulis nonfiksi berdasarkan pengalaman sendiri.

Insight yang Aku Dapet Setelah Explore Keduanya

  • Teks fiksi bikin empati dan imajinasi berkembang. Bisa loh, jadi tempat ‘healing’ juga.
  • Teks nonfiksi bikin aku nggak gampang percaya hoax, soalnya terbiasa cek kebenaran info.
  • Banyak peluang di kedua dunia ini, kayak lomba cerpen, nulis artikel, sampai karir content writer.

Beberapa Data Unik tentang Literasi di Indonesia

Tahukah kamu, menurut World’s Most Literate Nations (2016), Indonesia peringkat ke-60 dari 61 negara soal literasi. Tapi sekarang, pengetahuan dan akses ke bacaan makin luas. Perpustakaan digital, web, dan grup literasi bermunculan di mana-mana. Saatnya tingkatin karya lokal—baik fiksi maupun nonfiksi!

Tips Jago Nulis Teks Fiksi dan Teks Nonfiksi ala Gue

  • Baca fiksi sebelum tidur, supaya pikiran rileks. Aku sering lakukan ini tiap malam biar nggak kepikiran kerjaan.
  • Simak nonfiksi pagi-pagi, otak masih fresh buat nerima informasi baru.
  • Niat baca 5-10 menit sehari, lama-lama kebiasaan dan pengetahuan pun nambah.
  • Kalo stuck, ganti genre. Siapa tahu dapat inspirasi baru!

Kesimpulan: Bedain Fiksi dan Nonfiksi Itu Gampang, Asal Terlatih

Kesimpulannya sih, bedain teks fiksi dan nonfiksi nggak sesulit itu. Cuma butuh ketelitian, latihan, dan sering baca aja. Aku yakin, siapa aja bisa berkembang jadi pembaca atau penulis andal asalkan mau coba dan terus belajar. Jangan takut salah, yang penting prosesnya dinikmati—dan jangan lupa revisi, ya! Semoga insight dari cerita aku membantu kalian yang sering ‘nyasar’ antara fiksi dan nonfiksi.

Bacalah artikel lainnya: School Visit Travel: Jelajahi Sekolah Impian, Nggak Cuma Main!

Author

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *