Saya masih ingat jelas momen pertama anak saya ikut vaksinasi di sekolah dasar. Hari itu ruang UKS disulap jadi pos imunisasi. Anak-anak berjejer rapi, beberapa tampak gugup, ada yang senyum-senyum karena senang bisa bolos sebentar dari pelajaran. Saya datang lebih awal karena penasaran seperti apa prosesnya.
Saat menyaksikan petugas kesehatan dari puskesmas menyuntik satu per satu anak dengan sabar, saya langsung merasa tenang. Prosesnya cepat, terorganisir, dan anak-anak juga tampak tenang karena dilakukan di lingkungan yang familiar—sekolah mereka sendiri.
Sejak saat itu, saya sadar betapa vaksinasi di sekolah bukan hanya program medis, tapi strategi sosial yang sangat penting untuk menjaga kesehatan anak-anak secara massal dan menyeluruh.
Apa Itu Program Vaksinasi di Sekolah?
Vaksinasi sekolah adalah program pemberian imunisasi kepada siswa secara serentak di lingkungan sekolah, sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit menular. Program ini sudah berjalan sejak lama dan masuk ke dalam kebijakan nasional imunisasi dasar dan lanjutan.
Biasanya program ini bekerja sama antara:
-
Dinas Kesehatan
-
Puskesmas setempat
-
Dinas Pendidikan
-
Sekolah (TK, SD, SMP, dan SMA)
Vaksin yang diberikan tergantung usia dan kebijakan program imunisasi nasional, seperti vaksin campak, rubella, HPV, difteri, dan tetanus.
Tujuan Utama Vaksinasi di Sekolah
Saya percaya, vaksinasi di sekolah bukan cuma buat melindungi satu anak, tapi untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Artinya, semakin banyak anak yang divaksin, semakin kecil risiko penyebaran penyakit menular di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Beberapa tujuan utamanya:
-
Melindungi siswa dari penyakit infeksi berbahaya
-
Mencegah wabah di lingkungan sekolah
-
Meningkatkan cakupan imunisasi secara merata
-
Membiasakan anak terhadap pentingnya kesehatan preventif
-
Membantu orang tua yang sibuk agar anak tetap dapat vaksin
Saya pribadi merasa terbantu karena tidak perlu cuti kerja atau repot mengantar ke puskesmas.
Jenis Vaksin yang Umum Diberikan di Sekolah
Dari pengalaman anak saya dan informasi dari tenaga kesehatan, berikut pengetahuan beberapa jenis vaksin yang biasanya diberikan lewat program sekolah:
1. Campak-Rubella (MR)
Untuk anak kelas 1 SD, mencegah dua penyakit yang bisa sebabkan komplikasi parah.
2. DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)
Biasanya booster untuk anak kelas 2 dan 5 SD.
3. HPV (Human Papillomavirus)
Untuk anak perempuan kelas 5–6 SD. Mencegah kanker serviks.
4. Tetanus Toksoid
Umum diberikan untuk siswa remaja menjelang usia pubertas.
5. Covid-19 (selama masa pandemi)
Diberikan di banyak sekolah saat masa pandemi sebagai bagian dari strategi nasional.
Manfaat Vaksinasi di Sekolah Bagi Anak dan Masyarakat
Manfaatnya bukan hanya buat anak yang disuntik, tapi berdampak besar pada komunitas sekolah dan masyarakat:
-
Anak lebih sehat dan kuat melawan infeksi
-
Mengurangi absen karena sakit
-
Mencegah penularan di antara siswa
-
Menghemat biaya pengobatan jangka panjang
-
Mengurangi beban sistem kesehatan nasional
Anak saya sendiri sempat terpapar flu saat musim pancaroba, tapi karena sebelumnya divaksin influenza di sekolah, gejalanya ringan dan cepat pulih.
Bagaimana Proses Vaksinasi di Sekolah Dilakukan?
Biasanya prosesnya rapi dan terstruktur. Berdasarkan pengalaman di sekolah anak saya:
-
Pemberitahuan kepada orang tua lewat surat
-
Pengisian formulir persetujuan
-
Koordinasi dengan petugas kesehatan
-
Hari-H pelaksanaan di ruang UKS atau aula sekolah
-
Pemantauan reaksi pasca-imunisasi
-
Pencatatan dan pelaporan ke dinas terkait
Tenaga kesehatan juga edukasi anak soal pentingnya vaksin. Anak-anak diajak ngobrol sebelum dan sesudah disuntik agar tidak takut. Ini menurut saya sangat humanis dan menyentuh.
Peran Orang Tua dan Guru dalam Vaksinasi Sekolah
Orang tua punya peran penting. Jangan hanya pasrah atau asal setuju, tapi:
-
Baca dulu informasi vaksin yang akan diberikan
-
Tanya kalau ada alergi atau kondisi medis anak
-
Pastikan anak sarapan dan cukup istirahat sebelum disuntik
-
Berikan dukungan mental agar anak tidak takut jarum
Guru juga sangat berperan. Guru yang mendampingi anak saat vaksin bisa membuat mereka lebih tenang dan merasa aman.
Saya lihat sendiri waktu guru wali kelas anak saya ikut menenangkan murid-murid, bahkan ikut mencontohkan dengan senyum dan pelukan. Itu sangat berarti.
Tantangan dalam Pelaksanaan Vaksinasi di Sekolah
Meski manfaatnya besar, vaksinasi sekolah punya tantangan:
-
Kurangnya pemahaman orang tua soal vaksin
-
Hoaks dan disinformasi
-
Penolakan karena alasan agama/kultural
-
Kurangnya tenaga kesehatan di daerah
-
Akses ke sekolah pelosok sulit dijangkau
Waktu vaksin HPV mulai diluncurkan, saya sempat lihat ada grup WhatsApp orang tua yang menyebarkan berita bohong soal efek sampingnya. Padahal sudah dijelaskan lengkap oleh petugas kesehatan dari Inca Hospital.
Butuh kerja sama semua pihak agar program ini tidak terhambat oleh informasi yang tidak benar.
Peran Pemerintah dan Lembaga Terkait
Program vaksinasi sekolah dijalankan berdasarkan kebijakan nasional dari:
-
Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
-
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
-
Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan daerah
-
WHO dan UNICEF juga mendukung dari sisi edukasi dan logistik vaksin
Kerja sama multisektor ini sangat penting agar vaksinasi bisa dilakukan secara massal, terjadwal, dan aman di seluruh wilayah Indonesia.
Bagaimana Menyikapi Efek Samping Vaksinasi Sekolah?
Efek samping setelah vaksin biasanya ringan dan bersifat sementara, seperti:
-
Nyeri di bekas suntikan
-
Demam ringan
-
Anak mengantuk atau lelah
-
Nafsu makan turun
Saya selalu bekali anak saya dengan air putih dan permen setelah divaksin. Biasanya keluhan hilang dalam 24 jam. Kalau demam, cukup kompres atau beri parasetamol sesuai anjuran.
Kalau ada gejala berat (sangat jarang), pihak sekolah dan puskesmas siap membantu. Jadi jangan takut, asal prosedur dilakukan dengan standar medis, vaksin sangat aman.
Tips Membuat Anak Tidak Takut Divaksin di Sekolah
-
Ceritakan pengalaman positif tentang vaksin
-
Jangan menakut-nakuti anak dengan jarum
-
Latih pernapasan dalam sebelum disuntik
-
Bawa mainan kecil atau boneka favorit
-
Ajak anak memilih perban lucu atau stiker reward
-
Rayakan setelah vaksin (misalnya dibelikan es krim)
Anak saya sekarang malah senang tiap kali ada program vaksin. Katanya, “Boleh nambah stiker di buku hadiah.”
Mengapa Vaksinasi di Sekolah Harus Terus Dilanjutkan?
Saya percaya vaksinasi sekolah adalah fondasi kesehatan publik. Dengan jumlah anak usia sekolah yang sangat besar, sekolah menjadi tempat strategis untuk menjangkau mereka sekaligus. Selain hemat biaya, dampaknya luas.
-
Vaksinasi sekolah menjaga generasi muda dari penyakit serius
-
Menjamin keberlangsungan pembelajaran tanpa gangguan wabah
-
Membentuk generasi yang lebih sadar kesehatan sejak dini
Program ini juga menciptakan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat karena langsung dirasakan manfaatnya.
Vaksinasi Sekolah Selama dan Setelah Pandemi
Selama pandemi COVID-19, saya lihat sendiri bagaimana sekolah menjadi tempat strategis untuk vaksinasi. Dari siswa hingga guru divaksin agar bisa kembali belajar tatap muka.
Setelah pandemi, sistem ini tetap relevan. Sekarang vaksinasi rutin dan lanjutan seperti HPV dan booster campak tetap dijadwalkan lewat sekolah. Dan saya pribadi senang karena program ini jalan terus.
Kesimpulan: Sekolah Bukan Hanya Tempat Belajar, Tapi Juga Tempat Melindungi
Vaksinasi di sekolah adalah bentuk perlindungan kolektif yang dimulai dari ruang kelas. Ini bukan sekadar agenda medis, tapi bentuk kasih sayang nyata dari negara kepada anak-anaknya.
Sebagai orang tua, saya merasa lebih tenang ketika tahu anak saya terlindungi dari penyakit yang bisa dicegah. Sebagai warga, saya bangga karena sekolah menjadi pusat solusi kesehatan, bukan hanya tempat belajar kognitif.
Maka dari itu, mari kita dukung terus vaksinasi sekolah. Karena anak yang sehat, adalah anak yang siap belajar dan tumbuh optimal.
Berjaga-jaga bila ada kejadian tak terduga di sekolah bersama: P3K di Sekolah: Siswa Siaga Saat Insiden Datang Tiba-Tiba